Rabu, 05 Mei 2010

ca servix

Kanker serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebut kanker mulut rahim) merupakan kanker yang menyerang kaum wanita dan jumlah penderitanya meningkat beberapa tahun belakangan. Dari seluruh penderita kanker di Indonesia, sepertiganya adalah penderita kanker serviks. Kanker ini memang merupakan pembunuh wanita yang menakutkan. Memperoleh informasi tentang kanker ini dapat membantu lebih banyak wanita terhindar dari salah satu penyakit paling mematikan ini.

Kanker Serviks

Kanker serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebut kanker mulut rahim) merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi bagi kaum wanita. Setiap satu jam, satu wanita meninggal di Indonesia karena kanker serviks atau kanker leher rahim ini. Fakta menunjukkan bahwa jutaan wanita di dunia terinfeksi HPV, yang dianggap penyakit lewat hubungan seks yang paling umum di dunia.

Di Indonesia, setiap satu jam, satu wanita meninggal karena kanker serviks
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), infeksi ini merupakan faktor risiko utama kanker leher rahim. Setiap tahun, ratusan ribu kasus HPV terdiagnosis di dunia dan ribuan wanita meninggal karena kanker serviks, yang disebabkan oleh infeksi itu. Mengingat fakta yang mengerikan ini, maka berbagai tindakan pencegahan dan pengobatan telah dibuat untuk mengatasi kanker serviks atau kanker leher rahim.

Kanker serviks atau kanker leher rahim terjadi di bagian organ reproduksi seorang wanita. Leher rahim adalah bagian yang sempit di sebelah bawah antara vagina dan rahim seorang wanita. Di bagian inilah tempat terjadi dan tumbuhnya kanker serviks. Apa penyebab kanker serviks atau kanker leher rahim? Bagaimana cara pencegahannya? Serta bagaimana cara mengatasinya jika sudah terinfeksi HPV?

HPV

Kanker serviks disebabkan infeksi virus HPV (human papillomavirus) atau virus papiloma manusia. HPV menimbulkan kutil pada pria maupun wanita, termasuk kutil pada kelamin, yang disebut kondiloma akuminatum. Hanya beberapa saja dari ratusan varian HPV yang dapat menyebabkan kanker. Kanker serviks atau kanker leher rahim bisa terjadi jika terjadi infeksi yang tidak sembuh-sembuh untuk waktu lama. Sebaliknya, kebanyakan infeksi HPV akan hilang sendiri, teratasi oleh sistem kekebalan tubuh.

Penyebab dan Gejala Kanker Serviks

Kanker serviks menyerang daerah leher rahim atau serviks yang disebabkan infeksi virus HPV (human papillomavirus) yang tidak sembuh dalam waktu lama. Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi HPV akan mengganas dan bisa menyebabkan terjadinya kanker serviks. Gejalanya tidak terlalu kelihatan pada stadium dini, itulah sebabnya kanker serviks yang dimulai dari infeksi HPV dianggap sebagai "The Silent Killer".

Beberapa gejala bisa diamati meski tidak selalu menjadi petunjuk infeksi HPV. Keputihan atau mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan hubungan intim adalah sedikit tanda gejala dari kanker ini. Selain itu, adanya cairan kekuningan yang berbau di area genital juga bisa menjadi petunjuk infeksi HPV. Virus ini dapat menular dari seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang tersebut. Penularannya dapat melalui kontak langsung dan karena hubungan seks.

Ketika terdapat virus ini pada tangan seseorang, lalu menyentuh daerah genital, virus ini akan berpindah dan dapat menginfeksi daerah serviks atau leher rahim Anda. Cara penularan lain adalah di closet pada WC umum yang sudah terkontaminasi virus ini. Seorang penderita kanker ini mungkin menggunakan closet, virus HPV yang terdapat pada penderita berpindah ke closet. Bila Anda menggunakannya tanpa membersihkannya, bisa saja virus kemudian berpindah ke daerah genital Anda.

Buruknya gaya hidup seseorang dapat menjadi penunjang meningkatnya jumlah penderita kanker ini. Kebiasaan merokok, kurang mengkonsumsi vitamin C, vitamin E dan asam folat dapat menjadi penyebabnya. Jika mengkonsumsi makanan bergizi akan membuat daya tahan tubuh meningkat dan dapat mengusir virus HPV.

Risiko menderita kanker serviks adalah wanita yang aktif berhubungan seks sejak usia sangat dini, yang sering berganti pasangan seks, atau yang berhubungan seks dengan pria yang suka berganti pasangan. Faktor penyebab lainnya adalah menggunakan pil KB dalam jangka waktu lama atau berasal dari keluarga yang memiliki riwayat penyakit kanker.

Sering kali, pria yang tidak menunjukkan gejala terinfeksi HPV itulah yang menularkannya kepada pasangannya. Seorang pria yang melakukan hubungan seks dengan seorang wanita yang menderita kanker serviks, akan menjadi media pembawa virus ini. Selanjutnya, saat pria ini melakukan hubungan seks dengan istrinya, virus tadi dapat berpindah kepada istrinya dan menginfeksinya.

Deteksi Kanker Serviks

Bagaimana cara mendeteksi bahwa seorang wanita terinfeksi HPV yang menyebabkan kanker serviks? Gejala seseorang terinfeksi HPV memang tidak terlihat dan tidak mudah diamati. Cara paling mudah untuk mengetahuinya dengan melakukan pemeriksaan sitologis leher rahim. Pemeriksaan ini saat ini populer dengan nama Pap smear atau Papanicolaou smear yang diambil dari nama dokter Yunani yang menemukan metode ini yaitu George N. Papanicolaou. Namun, ada juga berbagai metode lainnya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV dan kanker serviks seperti berikut:

  • IVA

    IVA yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat. Metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Anda dapat melakukan di Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan.
  • Pap smear

    Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim. Kemudian sel-sel tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat menyingkapkan apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Menurut laporan sedunia, dengan secara teratur melakukan tes Pap smear telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker serviks.
  • Thin prep

    Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat.
  • Kolposkopi

    Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks atau leher rahim. Jika ada yang tidak normal, biopsi — pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh — dilakukan dan pengobatan untuk kanker serviks segera dimulai.

Mengobati Kanker Serviks

Jika terinfeksi HPV, jangan cemas, karena saat ini tersedia berbagai cara pengobatan yang dapat mengendalikan infeksi HPV. Beberapa pengobatan bertujuan mematikan sel-sel yang mengandung virus HPV. Cara lainnya adalah dengan menyingkirkan bagian yang rusak atau terinfeksi dengan pembedahan listrik, pembedahan laser, atau cryosurgery (membuang jaringan abnormal dengan pembekuan).

Jika kanker serviks sudah sampai ke stadium lanjut, maka akan dilakukan terapi kemoterapi. Pada beberapa kasus yang parah mungkin juga dilakukan histerektomi yaitu operasi pengangkatan rahim atau kandungan secara total. Tujuannya untuk membuang sel-sel kanker serviks yang sudah berkembang pada tubuh.

Namun, mencegah lebih baik daripada mengobati. Karena itu, bagaimana cara mencegah terinfeksi HPV dan kanker serviks? Berikut ini beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mencegah kanker serviks.

Mencegah Kanker Serviks

Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa mencegahnya. Anda dapat melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi HPV dan akhirnya menderita kanker serviks. Beberapa cara praktis yang dapat Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain:

  • Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko terkena kanker leher rahim.
  • Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
  • Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
  • Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
  • Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
  • Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
  • Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
  • Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
  • Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit.

Hidup Sehat Tanpa Kanker Serviks

Kanker serviks bisa dicegah dan bisa diobati. Deteksi sejak dini dan rutin melakukan Pap smear akan memperkecil risiko terkena kanker serviks. Ubah gaya hidup Anda dan juga pola makan Anda agar terhindar dari penyakit yang membunuh banyak wanita di dunia ini. Dengan demikian, maka kesehatan serviks atau leher rahim lebih terjamin. Dengan penanganan yang tepat, kanker serviks bukanlah sesuatu yang menakutkan.

Selasa, 04 Mei 2010

Ramalan dan Prediksi KIAMAT di tahun 2012

21 Desember 2012, masih menjadi hari yang penuh misteri dan bahkan telah menjadi misteri dunia. Menurut ramalan, tanggal yang tepat jatuh pada hari jum’at itu merupakan akhir dari peradaban di dunia ini alias “Hari Kiamat”. Dalam kitab suci Al-Qur’an dan beberapa sumber, hari kiamat akan jatuh pada hari Jum’at, seperti yang diramalkan oleh beberapa nara sember, termasuk kalender bangsa maya yang selama ini diyakini sebagai kalender paling akurat di bumi.

kiamatDalam majalah Science edisi 8 September 2006, diberitakan bahwa ilmuwan dari Australia, Tiongkok, dan Norwegia dalam riset bersama terhadap lapisan batuan berhasil menemukan, bahwa telah terjadi perubahan kutub bumi. Jika dijabarkan secara nyata, selama 20 juta tahun ini, arah kutub utara telah menyimpang sebesar 50 derajat. Perubahan ini setara dengan jarak antara Alaska (atau Siberia) hingga ke garis khatulistiwa. Dalam kebudayaan suku bangsa Maya yang sangat maju, juga terdapat catatan serupa. Berdasarkan kalender suku Maya, terhitung sejak 1992 hingga 2012, bumi kita akan memasuki suatu masa “Siklus Besar” yang terjadi setiap 5200 tahun sekali yang merupakan masa penutup dari fase terakhir, yang juga disebut “Masa Perubahan Bumi”. Dalam kebudayaan suku Maya itu juga telah diramalkan bahwa pada tahun 2012 medan magnet bumi juga akan mengalami perubahan.

Sementara India Daily pada tanggal 1 Maret 2005 melaporkan, bahwa ada sejumlah ilmuwan geofisika dan astronomi dari perusahaan Hyderabad telah meramalkan bahwa pada tahun 2012 akan terjadi perputaran terbalik pada kutub bumi maupun kutub matahari. Perputaran terbalik kutub bumi artinya kutub utara dan kutub selatan akan bertukar posisi. Selama dalam proses ini di bumi akan terjadi suatu fenomena dimana dalam kurun waktu tersebut akan sama sekali tidak ada daya tarik menarik medan magnet. Apa jadinya jika bumi berpindah kutub dari kutub utara ke selatan, dan kutub selatan ke utara? Tentu saja matahari yang awalnya muncul dari timur akan muncul dari barat pada saat itu. Ramalan ini memiliki keterkaitan dengan berita yang muncul dan ayat-ayat kitab suci Al-Qur’an yang menerangkan bahwa “Pada hari kiamat, matahari akan terbit dari arah barat dan terbenam dari arah timur”.

Walaupun beberapa sumber diatas tidak menerangkan bahwa matahari akan terbit dari arah barat, tetapi tentu saja kita dapat menyimpulkannya jika bumi berpindah kutub, tentu saja arah muncul matahari akan berubah. Kalangan “orang dalam” di NASA, DoD (badan inteligensi militer), SETI maupun CIA sudah memprediksikan, kalau 2/3 dari penduduk planet bumi akan punah, ketika terjadi pergantian kutub, yang disebabkan kedatangan Planet X. Sisa populasi yang bertahan hidup, terancam bahaya kelaparan dan radiasi elemen, dalam jangka waktu 6 bulan setelah kejadian ini. Semua operasi rahasia menyadari kenyataan ini, dan sudah menyiapkan diri mereka. Fenomena ini juga diperkuat dengan hadirnya planet X atau Nibiru. Planet X juga dikenal dengan nama Nibiru, atau disebut “Wormwood”, merupakan benda angkasa luar yang paling sering disebut sejak jaman kuno. Setelah mengorbit selama 3600 tahun, planet ke 10 ini akan datang lagi. Dampak kedatangan Planet X terhadap bumi, sudah dicatat nenek moyang kita ribuan tahun lalu. Ilmu Geologi dan Arkeologi juga mencantumkannya. Banyak yang mengatakan kalau planet Nibiru memiliki fisik yang mirip dengan matahari, bahkan merupakan kembaran matahari.

Fakta Planet X Massa Planet X begitu besar, dengan kutub magnetis yang memiliki kadar plasma tinggi dan pancaran energi yang begitu dahsyat, pasti mengakibatkan kerusakan hebat pada planet yang dilewatinya. Biasanya beberapa tahun sebelum kedatangan planet X, gelombang elektromagnetik Planet X mengakibatkan perubahan-perubahan besar pada planet yang akan dilewatinya. Ini bisa dilihat pada perubahan iklim dahsyat yang melanda Planet Bumi. Aktivitas gempa dan vulkanis mengalami perubahan 3 hingga 4 dekade sebelum kedatangan Planet X. Sejak tahun 1996, perubahan cuaca di Bumi mencatat rekor tertinggi. Berbagai bencana alam, mulai dari gempa, aktivitas vulkanik dan perubahan elektromagnetis begitu tajam peningkatannya, namun datanya selalu “diperhalus” kepada masyarakat luas untuk mencegah kegemparan global tentang berita ini.

Dr. Dmitriev menemukan bahwa medan magnetic matahari meningkat 230 persen sejak tahun 1901. Jadi, yang mengalami perubahan bukan hanya planet Bumi. Hanya sedikit kalangan yang menyadari fakta ini. Di Akademi Sains Nasional Siberia, Rusia, khususnya di Novosibirsk, berlangsung penelitian terhadap matahari. Dan Dr.Dmitriev dengan takjub mengemukakan bahwa, matahari bertambah terang 1000 persen dibanding sebelumnya, dan masih terus bertambah terang.

Melihat Planet X Hanya teleskop terbesar (yang dijaga ketat) bisa digunakan untuk melihat Planet X. Sejumlah observatorium kecil di dunia mencatat keberhasilan melihat Planet X di awal tahun 2001.

Dr. Harrington, rekan sejawat dari Ilmuwan dan arkeolog Zecharia Sitchin, yang pertama meyakini keberadaan NIBIRU atau Planet X berdasarkan catatan kuno orang Sumeria, meninggal mendadak akibat kecelakaan. Diduga ini disebabkan keberanian Harrington mengekspos penemuan planet ke 10 yang dikenal dengan nama Planet X ini, guna melengkapi teori Sitchin. Sejak peristiwa ini, para ilmuwan memilih tutup mulut dan tak mau bicara banyak soal Planet X dan aktivitasnya. Saat Zecharia Sitchin menerbitkan buku yang didasari tulisan terjemahan bangsa Sumeria Kuno, Sitchin menyatakan ada 12 planet di tata surya kita. Saat buku diterbitkan (tahun 1970an), Teori Sitchin ditertawakan. Tapi, saat satu persatu temuan ilmuwan membuktikan bahwa Teori Sitchin benar, statement Sitchin mulai diawasi ketat. Dalam bukunya, “The 12th Planet”, Sitchin menulis tentang legenda “Komet Kiamat” atau “Nemesis” yang muncul secara periodic dan menciptakan kehancuran. Zaman Es Ingatkah pelajaran di Sekolah Menengah tentang Zaman es? Kisah ini merupakan petunjuk bahwa Planet Bumi senantiasa mengalami perubahan periodic. Dan yang dimaksud bukan hanya perubahan kutub saja. Ingat fosil gajah mammoth beku yang ditemukan di Kutub? Saat diteliti, dalam lambungnya masih ada tanaman tropis yang baru saja dimakan. Ini membuktikan, mammoth tersebut membeku dalam sekejap! Istilah zaman es bukan berarti perubahan yang bertahap, tapi instant. Ingat film “The Day After Tommorow”? Kira-kira secepat itulah pergerakan esnya! Dan ini terjadi setiap kali Planet X mendekat. Kita akan perdalam sedikit soal Zaman Es sebelum kita lanjut ke Planet X, karena…inilah yang akan terjadi nanti. Zaman Es Akan Terulang Lagi Teman-teman. Coba perhatikan fakta-fakta berikut ini dengan seksama. Baca dengan teliti…Ini SERIUS. Ini bukan bacaan sambil lewat..!. Karena kemungkinan yang kita alami bukanlah pemanasan global, akan tetapi Fase munuju zaman es. Perhatikan fakta-fakta berikut dengan seksama !. Kita bukanlah penyebab utama terjadinya Pemanasan Global. Dalam kadar maksimal, hanya 3 % gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan umat manusia. Jumlah CO2 dalam udara saat ini menyerap hampir semua radiasi yang ada. Jadi, tak ada hubungan antara kaitan jumlah kadar CO2 dan radiasi. 17.000 orang imuwan menandatangani petisi yang menyatakan bahwa CO2 yang dihasilkan manusia bukanlah penyebab pemanasan global. Peningkatan kadar CO2 sebanyak 30 % persen di atmosfir kita dalam 100 tahun terakhir adalah akibat kenaikan suhu laut. Dan naiknya temperature laut disebabkan meningkatnya gempa dan aktivitas vulkanik. Selama ini kita belajar di sekolah bahwa Zaman Es hanya terjadi sekali dalam sejarah. Tapi, nyatanya, Zaman es terjadi beberapa ratus kali. Matahari bersifat elektromagnetis. Inilah yang mengakibatkan timbulnya bintik matahari, yang terus bertambah. Bumi juga bersifat elektromagnetik.

Pada waktu-waktu tertentu, kutub magnetic akan berubah. Dan perubahan ini diakibatkan perubahan pada tata surya kita. Di masa lalu, saat perubahan kutub terjadi, disertai juga dengan aktivitas vulkanik, gempa, zaman es dan kepunahan. Terjadi secara serentak. Perubahan ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Bayangkan, dalam satu malam, suhu bisa turun 20 derajat! Zaman es berulang secara periodik setiap 11.500 tahun. Satu inci hujan menghasilkan 10 inci salju. Di tahun 2007 ini, Colorado tertutup salju setinggi 30 kaki dalam satu kali badai saja. Kamu juga bisa membaca kisah selengkapnya di www.iceagenow.com/Record_Lows_2007.htm Saat ini, Kutub Artik memiliki suhu yang cukup dingin untuk mengakibatkan Zaman Es. Yang dibutuhkan Cuma tambahan kelembaban sedikit saja, untuk menghasilkan lebih banyak salju. Saat ini dengan meningkatnya temperatur air laut akibat pergerakan vulkanik, kelembaban semakin meningkat di Kutub Artik. Untuk melihat daftar Glasir (glacier) yang mulai terbentuk saat ini, lihat situs www.iceagenow.com Data ini tidak dimuat oleh media massa. Besar kemungkinan, kita semua akan mengalami Zaman es. Film “An Inconvenient Truth”-nya Al Gore menyesatkan banyak orang. Informasi yang benar dalam film tersebut hanya soal semakin meningkatkan temperature air laut akan memicu kemunculan Zaman Es dalam waktu sekejap.

Faktanya, mungkinkah sebuah bintang punya kekuatan luar biasa? Bisa saja mungkin! Karena ada satu bintang “kerdil” (dwarf star, sebutannya) yaitu “Sirius” atau dog star yang memiliki tingkat kepadatan yang sangat solid, bahkan melebihi matahari. Padahal ukurannya jauh lebih kecil, namun untuk kepadatan massa, Sirius paling berat. Jika bintang ini masuk orbit, atau bertabrakan.. maka efeknya lumayan fatal. Kalau dikaji tulisan-tulisan kuno tentang astronomi kita, maka..Bumi pada awalnya menempati posisi lebih dekat dengan matahari. Hari-hari di bumi lebih singkat, lebih panas, dan penduduknya berkulit gelap karena melanin yang tinggi (oleh karena itu penelitian tentang manusia pertama, atau Adam, menemukan bahwa Adam ini seorang negroid, kulit hitam). Saat itu, planet yang lebih kondusif dari sisi iklim, jarak dengan matahari dan atmosfir adalah Mars. Namun karena ada tubrukan, maka Jupiter masuk orbit. Jadi jarak bumi menjauh dari matahari. Ini berpengaruh pada banyak hal, seperti warna kulit penduduk, lama hari, dll. Tabrakan itulah yang menyebabkan “The Great Deluge” atau Banjir besar yang ada di kisah Nabi Nuh. Hari kiamat adalah hari jum’at sesuai dengan hari yang jatuh pada tanggal 21 Desember 2012. Matahari akan terbit dari arah barat sesuai dengan prediksi dari beberapa sumber yang mengatakan kalau bumi akan berubah kutub. Matahari akan sangat dekat dari atas kepala manusia (sejengkal di atas kepala) juga mendekati dengan fakta kalau Nibiru (Planet X) yang merupakan kembaran matahari akan sangat dekat bahkan menabrak bumi.

Apakah semua ini akan benar-benar terjadi? kita tunggi saja 2012 tiba. Sudah banyak fakta-fakta yang memungkinkan semua ini terjadi. Berbagai prediksi dan hasil2 penelitian ilmiah telah banyak mengeluarkan pendapat yang berbeda-beda. Masalah Akhir Zaman kapan akan datang mungkin masih menjadi rahasia Allah. Akan tetapi apakah kita sudah siap menghadapi prediksi bencana yang teramat maha dahsyat ini ?… Seorang Mama Laurent, peramal kondang di Indonesia yang pernah mengatakan kalau tahun 2012 penduduk bumi hanya tinggal sekitar 40 % juga hanya bisa meramal dan memprediksi. Ada baiknya mulai sekarang kita mempersiapkan diri jika semua ini akan benar-benar terjadi. Semuanya kembali kepada Allah sang maha pencipta. Kembali kepada jalan-Nya merupakan jalan satu-satunya menemukan jalan keselamatan yang terbaik, dan memohon perlindungan dari semua prediksi-prediksi dan ramalan yang membuat kita merinding ini.

“KIAMAT…!”, mendengar katanya saja sudah membuat merinding apalagi mengalaminya. “ Na’uzubillah Minzalik “.

Makalah Etika Keperawatan

“ Tanggung Jawab Perawat Terhadap Profesi Keperawatan ”








Di susun oleh :

Agus Hermanto
Agus Setiawan
Abdul hafid
David Fernando
Dwi Kartika Sari
Firman adzillah
Imam Suzaki
Mistiati
Sinta Devi
Siti Aisyah









Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Muhammadiyah

Pringsewu

Lampung 2009/2010



Kata Pengantar

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kemurahan-Nya, makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “ Tanggung Jawab Perawat Terhadap Profesi Keperawatan ”.
Makalah ini sangat diperlukan dalam suatu harapan mendapatkan pengetahuan dalam Tanggung Jawab Perawat Terhadap Profesi Keperawatan “ Etika Keperawatan ”
Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran.
Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat,

Pringsewu, Mei 2010
Penyusun’



Kelompok IV













di






























BAB I
PENDAHULUAN


Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini menunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati-hati, teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur. Klien merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya.
Kepercayaan tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila klien merasa tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya tidak memadai dan kurang berpengalaman. Klien tidak yakin bahwa perawat memiliki integritas dalam sikap,
keterampilan, pengetahuan (integrity) dan kompetensi.

Untuk itu, tanggung jawab perawat sangat penting untuki dipeajari dan diketahui.
Dalam makalah ini, kami akan membahas :













BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Responsibility atau Tanggung Jawab Perawat (Barbara kozier dalam Fundamental of nursing 1983:25).

Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini menunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati-hati, teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur. Klien merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya (Koziers, 1983:25).
Kepercayaan tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila klien merasa tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya tidak memadai dan kurang berpengalaman. Klien tidak yakin bahwa perawat memiliki integritas dalam sikap,
keterampilan, pengetahuan (integrity) dan kompetensi.
Beberapa cara dimana perawat dapat mengkomunikasikan tanggung jawabnya :
a. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere intereset)
Contoh : “Mohon maaf bu demi kenyamanan ibu dan kesehatan ibu saya akan mengganti balutan atau mengganti spreinya”.

b. Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia memberikan
penjelasan dengan ramah kepada kliennya (explanantion about the delay).
“Mohon maaf pak saya memprioritaskan dulu klien yang gawat dan darurat sehingga harus meninggalkan bapak sejenak”.

c. Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect) yang ditunjukkan dengan perilaku
perawat. misalnya mengucapkan salam, tersenyum, membungkuk, bersalaman dsb.

d. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien, bukan pada kepentingan atau keinginan perawat misalnya “Coba ibu jelaskan
bagaimana perasaan ibu saat ini”. Sedangkan apabila perawat berorientasi pada kepentingan perawat ; “ Apakah bapak tidak paham bahwa pekerjaan saya itu banyak, dari pagi sampai siang, mohon pengertiannya pak, jangan mau dilayani terus”.

e. Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina (derogatory)
misalnya “ pasien yang ini mungkin harapan sembuhnya lebih kecil dibanding pasien
yang tadi”.

f. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut pandang klien (see the patient point of view). Misalnya perawat tetap bersikap bijaksana saat klien menyatakan bahwa obatnya tidak cocok atau diagnosanya mungkin salah.

2. Pengertian tanggung jawab perawat menurut ANA
Responsibility adalah : Penerapan ketentuan hukum (eksekusi) terhadap tugas-tugas yang
berhubungan dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap kompeten dalam Pengetahuan, Sikap
dan bekerja sesuai kode etik (ANA, 1985).
Menurut pengertian tersebut, agar memiliki tanggung jawab maka perawat diberikan
ketentuan hukum dengan maksud agar pelayanan perawatannya tetap sesuai standar.
Misalnya : hukum mengatur apabila perawat melakukan kegiatan kriminalitas, memalsukan ijazah,
melakukan pungutan liar dsb. Tanggung jawab perawat ditunjukan dengan cara siap menerima
hukuman (punishment) secara hukum kalau perawat terbukti bersalah atau melanggar hukum.

3. Pengertian Responsibility menurut Berten (1993)
Responsibility : Keharusan seseorang sebagai mahluk rasional dan bebas untuk tidak. mengelak
serta memberikan penjelasan mengenai perbuatannya, secara retrosfektif atau prosfektif (Bertens,1993:133).
Berdasarkan pengertain di atas tanggung jawab diartikan sebagai kesiapan memberikan jawaban atas tindakan-tindakan yang sudah dilakukan perawat pada masa lalu atau tindakan yang akan berakibat di masa yang akan datang. Misalnya bila perawat dengan sengaja memasang alat
kontrasepsi tanpa persetujuan klien maka akan berdampak pada masa depan klien. Klien tidak akan punya keturunan padahal memiliki keturunan adalah hak semua manusia. Perawat secara retrospektif harus bisa mempertanggung-jawabkan meskipun tindakan perawat tersebut diangap benar menurut pertimbangan medis.

4. Jenis tanggung jawab perawat
Tanggung jawab (Responsibility) perawat dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Responsibility to God (tanggung jawab utama terhadap Tuhannya)
2. Responsibility to Client and Society (tanggung jawab terhadap klien dan masyarakat).
3. Responsibility to Colleague and Supervisor (tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan).

5.Tanggung Jawab Perawat terhadap Profesi Keperawatan
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pe¬laksanaan standar praktik keperawatan dan pendidikan kepera¬watan. Perawat diharapkan ikut aktif dalam mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan perawatan secara profesional. Perawat, sebagai anggota organisasi profesi, berpar¬tisipasi dalam memelihara kestabilan sosial dan ekonomi sesuai dengan kondisi pelaksanaan praktik keperawatan.
Berikut ini adalah contoh tanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan :
1) Perawat berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
2) Perawat menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan de¬ngan menunjukkan perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur.
3) Perawat berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan keperawatan, serta menerapkannya dalam ke¬giatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.
Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.



BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pe¬laksanaan standar praktik keperawatan dan pendidikan kepera¬watan. Perawat diharapkan ikut aktif dalam mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan perawatan secara profesional. Perawat, sebagai anggota organisasi profesi, berpar¬tisipasi dalam memelihara kestabilan sosial dan ekonomi sesuai dengan kondisi pelaksanaan praktik keperawatan.

2.Saran
• Jadilah perawat yang professional.
• Tuntutlah ilmu sampai ke Negeri China.
• Kembangkanlah terus profesi keperawatan.
Home > KEPERAWATAN > ETIKA KEPERAWATAN
Jan
02

ETIKA KEPERAWATAN

PENGERTIAN ETIKA, ETIKET, DAN KODE ETIK
PROFESI KEPERAWATAN

Etika Keperawatan

Etika Keperawatan

Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang berkaitan dengan tin­dakan yang baik dan buruk yang dilakukan oleh seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab moral.

Pengertian

Etik atau ethics berasal dari bahasa Yunani, yaitu etos yang ar­tinya adat, kebiasaan, perilaku, atau karakter. Sedangkan menurut kamus Webster, etik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Dan pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu: a) baik dan buruk; dan b) kewajiban dan tang­gung jawab.

Moral, istilah ini berasal dari bahasa Latin yang berarti adat dan kebiasaan. Pengertian moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan “standar perilaku” dan “nilai-nilai” yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masya­rakat di mana is tinggal.

Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta menjadi suatu kebiasaan di dalam suatu masyarakat, baik berupa kata-kata atau suatu bentuk perbuatan yang nyata.

Ketiga istilah di atas—etika, moral, dan etiket—sulit untuk dibedakan, hanya dapat dilihat bahwa etika lebih menitik-beratkan pada aturan-aturan, prinsip-prinsip yang melandasi perilaku yang mendasar dan mendekati aturan-aturan, hukum, dan undang-un­dang yang membedakan benar atau salah secara moralitas.

Kode Etik Keperawatan

Kode etik keperawatan merupakan bagian dari etika kesehatan yang menerapkan nilai etika terhadap bidang pemeliharaan atau pelayanan kesehatan masyarakat. Kode etik keperawatan di Indo­nesia telah disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia melalui Musyawarah Nasional PPNI di Jakarta pada tanggal 29 November 1989.

Kode etik keperawatan Indonesia tersebut terdiri dari 4 bab dan 16 pasal. Bab 1, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga, dan masya­rakat. Bab 2 terdiri dari lima pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap tugasnya. Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap sesama pe­rawat dan profesi kesehatan lain. Bab 4, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap profesi ke­perawatan. Bab 5, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tang­gung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air.

Tanggung Jawab Perawat terhadap Klien

Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, atau komunitas, perawat sangat memerlukan etika kepe­rawatan yang merupakan filsafat yang mengarahkan tanggung ja­wab moral yang mendasar terhadap pelaksanaan praktik kepera­watan, di mana inti dari falsafah tersebut adalah hak dan martabat manusia. Karena itu, fokus dari etika keperawatan ditujukan terha­dap sifat manusia yang unik. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, diperlukan peraturan tentang hubungan antara perawat dengan masyarakat, yaitu sebagai berikut.

1) Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa ber­pedoman pada tanggung jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan terhadap keperawatan individu, keluarga, dan ma­syarakat.

2) Perawat, dalam melaksanakan pengabdian di bidang kepera­watan, memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup ber­agama dari individu, keluarga, dan masyarakat.

3) Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap indivi­du, keluarga, dan masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.

4) Perawat menjalin hubungan kerja sama dengan individu, keluarga, dan masyarakat, khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi kepentingan masyarakat.

Tanggung Jawab Perawat terhadap Tugas

1) Perawat memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahu­an serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat.

2) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya, ke­cuali jika diperlukan oleh pihak yang berwenang sesuai de­ngan ketentuan hukum yang berlaku.

3) Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keteram­pilan keperawatan yang dimilikinya untuk tujuan yang ber­tentangan dengan norma-norma kemanusiaan.

4) Perawat, dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senan­tiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpenga­ruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, agama yang dianut, dan kedudukan sosial.

5) Perawat mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasi­en /klien dalam melaksanakan tugas keperawatannya, serta ma tang dalam mempertimbangkan kemampuan jika meneri­ma a tau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada hu­bungannya dengan keperawatan.

Tanggung Jawab Perawat terhadap Sejawat

Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan pro­fesi kesehatan lain adalah sebagai berikut.

1) Perawat memelihara hubungan baik antar sesama perawat dan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pe­layanan kesehatan secara menyeluruh.

Perawat menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya kepada sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi dalam rangka me­ningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.

Tanggung Jawab Perawat ferhadap Profesi

1) Perazvat berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secara sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawa tan.

2) Perawat menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan de­ngan menunjukkan perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur.

3) Perawat berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan keperawatan, serta menerapkannya dalam ke­giatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.

Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.

Tanggung Jawab Perawat terhadap Negara

1) Perawat melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksa­naan yang telah digariskan oleh pemerintah dalam bidang ke­sehatan dan keperawatan.

Perazvat berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.

Tujuan Kode Etik Keperawatan

Pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar perawat, dalam menjalankan setiap tugas dan fungsinya, da­pat menghargai dan menghormati martabat manusia. Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar-perawat, klien/pasien, teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan sendiri maupun hubungan­nya dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.

  1. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh praktisi keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.
  2. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.
  3. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan ke­perawatan agar dapat menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.
  4. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai/ peng­guna tenaga keperawa tan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktik keperawatan.

Kode Etik Keperawatan Menurut ANA

Kode etik keperawatan menurut American Nurses Association (ANA) adalah sebagai berikut.

  1. Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat kemanusiaan dan keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan-pertimbangan status sosial atau ekonomif atribut personal, atau corak masalah kesehatannya.
  2. Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi yang bersifat rahasia.
  3. Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan ke­selamatannya terancam oleh praktik seseorang yang tidak ber­kompeten, tidak etis, atau ilegal.
  4. Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tin­dakan perawatan yang dijalankan masing-masing individu.
  5. Perawat memelihara kompetensi keperawatan.
  6. Perawat melaksanakan pertimbangan yang beralasan dan menggunakan kompetensi dan kualifikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan konsultasi, menerima tanggung jawab, dan melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain.
  7. Perawat turut serta beraktivitas dalam membantu pengem­bangan pengetahuan profesi.
  8. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melak­sanakan dan meningkatkan standar keperawatan.
  9. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk mem­bentuk dan membina kondisi kerja yang mendukung pelayan­an keperawatan yang berkualitas.
  10. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melin­dungi publik terhadap informasi dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas perawat.
  11. Perawat bekerjasama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat Iainnya dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk memenuhi kebutuhan kese­hatan publik.

Code for Nurse with Interpretive Statements. American Nurses Associa­tion, Kansas City, Missouri, 1976, hlm. 3.

Kode Etik Keperawatan Menurut ICN

ICN adalah suatu federasi perhimpunan perawat nasional di seluruh dunia yang didirikan pada tanggal 1 Juli 1899 oleh Mrs. Bedford Fenwich di Hanover Square, London dan direvisi pada tahun 1973. Uraian kode etik ini diuraikan sebagai berikut.

1. Tanggung Jawab Utama Perawat

Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatkan kese­hatan, mencegah timbulnya penyakit, memelihara kesehatan, dan mengurangi penderitaan. Untuk melaksanakan tanggung jawab utama tersebut, perawat harus meyakini bahwa:

  1. kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai tern-pat adalah sama;
  2. pelaksanaan praktik keperawatan dititikberatkan pada peng­hargaan terhadap kehidupan yang bermartabat dan menjun­jung tinggi hak asasi manusia;
  3. dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan/atau kepera­watan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, perawat mengikutsertakan kelompok dan instansi terkait.

2. Perawat, Individu, dan Anggota Kelompok Masya­rakat

Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dalam menjalankan t-ugas, perawat perlu meningkatkan ke­adaan lingkungan kesehatan dengan menghargai nilai-nilai yang ada di masyarakat, menghargai adat kebiasaan serta kepercayaan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menjadi pa­sien/kliennya. Perawat dapat memegang teguh rahasia pribadi (privasi) dan hanya dapat memberikan keterangan bila diperlukan

oleh pihak yang berkepentingan atau pengadilan.

  1. 3. Perawat don Pelaksanaan Praktik Keperawatan

Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standar praktik keperawatan untuk mencapai ke­mampuan yang sesuai dengan standar pendidikan keperawatan. Perawat dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya se­cara aktif untuk menopang perannya dalam situasi tertentu. Pe­rawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai dengan standar profesi keperawatan.

  1. 4. Perawat dan Lingkungan Masyarakat

Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap, mem­punyai inisiatif, dan dapat berperan serta secara aktif dalam me­nemukan masalah kesehatan dan masalah sosial yang terjadi di masyaraka t.

  1. 5. Perawat dan Sejawat

Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman sekerja, baik tenaga keperawatan maupun tenaga profesi lain di luar keperawatan. Perawat dapat melindungi dan menjamin se­seorang, bila dalam masa perawatannya merasa terancam.

  1. 6. Perawat dan Profesi Keperawatan

Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pe­laksanaan standar praktik keperawatan dan pendidikan kepera­watan. Perawat diharapkan ikut aktif dalam mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan perawatan secara profesional. Perawat, sebagai anggota organisasi profesi, berpar­tisipasi dalam memelihara kestabilan sosial dan ekonomi sesuai dengan kondisi pelaksanaan praktik keperawatan.

Etika Keperawatan -Ismani, Nila, Hj 2000

etika-keperawatan

,

Add reply

1
BAB I
PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN
Tujuan Instruksional
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa akan dapat:
1. Menjelaskan tahap pendidikan dalam keperawatan
2. Membedakan pendidikan pada tahap akademik dan profesi
3. Menjelaskan tahap perencanaan pembelajaran klinik
4. Menjelaskan tahap pelaksanaan pembelajaran klinik
5. Menjelaskan karakteristik pengajar klinik
6. Menjelaskan tahap evaluasi pembelajaran klinik
􀀃
􀀃
A. Pendahuluan
Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati berdasarkan pada hasil
lokakarya nasional pada tahun 1983, dan didefinisikan sebagai suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biopsiko-
sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga
dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. Oleh karena itu sifat pendidikan keperawatan juga
menekankan pemahaman tentang keprofesian.
Untuk menghasilkan seorang perawat profesional, harus melewati dua tahap
pendidikan yaitu tahap pendidikan akademik yang lulusannya mendapat gelar
S.Kep. dan tahap pendidikan profesi yang lulusannya mendapat gelar Ners
(Ns). Kedua tahap pendidikan keperawatan ini harus diikuti, karena keduanya
merupakan tahapan pendidikan yang terintegrasi sehingga tidak dapat
dipisahkan antara satu sama lain. Pada tahap akademik mahasiswa
mendapatkan teori-teori dan konsep-konsep. Mata kuliah pada tahap ini
terbagi menjadi kelompok mata kuliah yang sifatnya umum, mata kuliah
penunjang seperti mata kuliah medis yang secara tidak langsung menunjang
mata kuliah keperawatan dan mata kuliah keahlian berupa mata kuliah
keperawatan. Sedangkan pada tahap profesi mahasiswa mengaplikasikan teoriteori
dan konsep-konsep yang telah didapat selama tahap akademik.
2
B. Tahap Pendidikan Profesi
Seperti sudah dipaparkan di atas bahwa pendidikan perawat terbagi menjadi
dua tahap yaitu tahap pendidikan akademik dan tahap pendidikan profesi.
Kondisi ini sejalan dengan pendapat Reilly (2002) yang membagi pendidikan
keperawatan menjadi dua disiplin yaitu disiplin akademik dan disiplin
profesional. Program pendidikan profesi adakalanya disebut juga sebagai
proses pembelajaran klinik. Istilah ini muncul terkait dengan pelaksanaan
pendidikan profesi yang sepenuhnya dilaksanakan di lahan praktik seperti
rumah sakit, puskesmas, klinik bersalin, panti wherda, dan keluarga serta
masyarakat atau komunitas.
Masih menurut Reilly, disiplin akademik lebih menekankan pada pengetahuan
dan pada teori yang bersifat deskriptif, sedangkan disiplin profesional
diarahkan pada tujuan praktis, sehingga menghasilkan teori preskriptif dan
deskriptif. Disiplin profesi hanya akan didapat di lingkungan klinis atau lahan
praktik karena lingkungan klinis merupakan lingkungan multiguna yang dinamik
sebagai tempat pencapaian berbagai kompetensi praktik klinis di dalam
kurikulum profesional.
Lingkungan klinis memfasilitasi peserta didik untuk belajar menerapkan teori
tindakan ke dalam masalah klinis yang nyata. Tujuan dari praktik klinis dapat
dicapai di lingkungan manapun yang melibatkan peserta didik di dalam praktik
keperawatan. Sebagai contoh untuk mahasiswa keperawatan biasanya memakai
lahan praktik di rumah sakit tipe A, tipe B maupun tipe C untuk pembelajaran
kasus-kasus yang terkait dengan medikal bedah atau perawatan pada orang
dewasa, keperawatan gawat darurat dan keperawatan anak. Untuk kasus-kasus
maternitas seperti pertolongan persalinan biasanya bekerjasama dengan klinik
bersalin atau rumah sakit khusus ibu dan anak, karena selain memiliki pasien
dalam jumlah banyak, kasusnya pun lebih spesifik. Sehingga lebih mudah untuk
pencapaian kompetensi mahasiswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Tetapi untuk kasus-kasus yang biasa terjadi di keluarga dan
masyarakat atau komunitas yang terkait dengan pelayanan primer biasanya
menggunakan puskesmas sebagai lahan praktik.
Praktik klinik diharapkan bukan hanya sekedar kesempatan untuk menerapkan
teori yang dipelajari di kelas ke dalam praktik profesional. Melalui praktik
klinik mahasiswa diharapkan lebih aktif dalam setiap tindakan sehingga akan
menjadi orang yang cekatan dalam menggunakan teori tindakan. Lebih jauh
lagi, praktik keperawatan profesional di bidang pelayanan keperawatan
mencakup banyak hal termasuk diantaranya pengambilan keputusan klinis yang
mengintegrasikan teori, hukum, pengetahuan, prinsip dan pemakaian
keterampilan khusus. Tidak kalah pentingnya adalah bagaimana perawat
3
menerima klien sebagai makhluk hidup yang utuh, unik dan mandiri dengan
hak-haknya yang tidak dapat dipisahkan.
Selama praktik klinis, mahasiswa dapat bereksperimen dengan menggunakan
konsep dan teori untuk praktik, menyelesaikan masalah, dan mengembangkan
bentuk perawatan baru (Reilly, 2002). Adanya rasa takut berbuat salah hanya
akan membatasi perkembangan dan keinginan mahasiswa untuk bereksperimen
dengan perawatan. Kondisi ini akhirnya jelas berdampak pada minimnya
pengalaman klinik mahasiswa selama di lahan praktik. Pengajar atau
pembimbing klinik adakalanya merasa takut seandainya mahasiswa berbuat
kesalahan, sehingga sering menuntut hal yang tidak realistik pada mahasiswa.
Hal ini berdampak kepada kompetensi-kompetensi tertentu yang mungkin tidak
tercapai selama proses pembelajaran.
C. Perencanaan Pembelajaran Klinik
Menurut William H Newman dalam bukunya Administrative Action Techniques
of Organization and Management dalam Majid (2005) menyatakan bahwa
perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Sedangkan menurut
Nana Sujana dalam sumber yang sama menyatakan bahwa perencanaan adalah
proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang
akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Dalam konteks pembelajaran,
perencanaan juga dapat dikatakan sebagai proses penyusunan materi,
penggunaan media, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran. Sebelum
membuat rancangan, sebaiknya dilakukan pengkajian terlebih dahulu. Melalui
pengkajian akan didapatkan status kemampuan awal peserta didik sehingga
akan membantu menetapkan tujuan pembelajaran. Tidak semua mahasiswa
harus mendapatkan proses pembelajaran yang sama walaupun tujuan akhir dari
pembelajarannya sama.
Sedangkan untuk makna pembelajaran, banyak ahli pendidikan yang
menyatakan bahwa pengajaran merupakan terjemahan dari instruction atau
teaching . Sedikit berbeda dengan Correy dalam bukunya Association for
Education Communication and Technology dalam Rohani (1995) mengatakan
bahwa instruction merupakan bagian dari pendidikan yang merupakan suatu
proses dimana lingkungan seseorang dengan sengaja dikelola agar
memungkinkan orang tersebut dapat belajar melakukan hal tertentu atau
memberikan respon terhadap situasi tertentu pula.
Berasumsi pada pendapat Correy, maka untuk dapat melaksanakan
pembelajaran, seorang dosen atau pengajar di lahan praktik yang sering
disebut instruktur klinik berperan sebagai perancang dan pengembang model
4
pembelajaran sekaligus sebagai pengelola atau pelaksana. Oleh karena itu
untuk melaksanakan tugas ini, instruktur klinik perlu memiliki pengetahuan,
sikap, keterampilan khusus dan hal-hal atau materi yang akan disampaikan.
Selain itu instruktur klinik pun sebaiknya memahami tentang konsep
perencanaan pembelajaran.
Menurut Hunt dalam Majid (2005) ada beberapa model persiapan mengajar
diantaranya model ROPES dan satuan pelajaran. Model ROPES merupakan
sebuah urutan tahap dari Review, Overview, Presentation, Exercise dan
Sumarry. Model ini cocok diadopsi untuk pembelajaran klinik karena dimulai
dari review atau pengulangan tentang kegiatan yang akan dilakukan. Tahap
kedua overview yaitu menjelaskan tindakan yang akan dilakukan. Kemudian
tahap presentation dengan kegiatan mendemontrasikan tindakan yang akan
dilakukan. Keempat adalah exercise atau latihan, pada tahap ini mahasiswa
melakukan tindakan keperawatan di bawah supervisi instruktur klinik. Dan
terakhir summary atau membuat rangkuman dari pembelajaran yang telah
berlangsung. Kekurangan dari model ini adalah tidak mencantumkan aspek
evaluasi. Padahal melalui evaluasi instruktur klinik dapat mengetahui
kemampuan mahasiswanya. Akan tetapi tahap summary bisa dimodifikasi
menjadi tahap evaluasi.
Model satuan pelajaran (satpel) adalah model yang sering dipilih oleh
kebanyakan pendidik karena polanya yang baku. Tahapannya tiga bagian yaitu
kegiatan awal berupa pendahuluan dan apersepsi yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan awal mahasiswa. Tahap kedua merupakan kegiatan inti
yaitu penyampaian materi dan pemberian bimbingan terhadap mahasiswa. Dan
tahap terakhir merupakan kegiatan penutup yang biasanya ditandai dengan cara
membuat rangkuman atau melaksanakan evaluasi untuk materi yang telah
dipelajari.
D. Pelaksanaan Pembelajaran Klinik
Kegiatan di lahan praktik memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk
terampil dalam menerapkan teori pada praktek klinik dengan sikap dan
keterampilan profesional yang ditumbuhkan dan dibina melalui pengalaman
dalam pengambilan keputusan klinik, yang merupakan penerapan secara
terintegrasi kemampuan penalaran saintifik dan penalaran etik (Husin, 1992).
Menurut Schweek and Gebbie (1996) praktek klinik merupakan “the heart of
the total curriculum plan ”. Hal ini berarti unsur yang paling utama dalam
pendidikan keperawatan adalah bagaimana proses pembelajaran dikelola di
lahan praktek. Untuk itu perlu disiapkan panduan pembelajaran klinik bagi
mahasiswa dan juga bagi pembimbing atau instruktur klinik agar dapat
melakukan asuhan keperawatan yang menitikberatkan pada kualitas melalui
5
terciptanya suatu lingkungan belajar yang sarat dengan model peran (role
model).
Melalui tahap pendidikan profesi diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang
memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan profesional. Oleh karena itu
pada tahap profesi, pendidikan disusun berdasarkan pada: (1) Penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan. Pada tahap ini peserta didik dan
perseptor harus memahami dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan yang diperlukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, (2)
Menyelesaikan masalah secara ilmiah, maksudnya peserta didik dituntut untuk
mampu memecahkan masalah secara langsung saat berhubungan dengan
pasien/klien dalam membantu memenuhi kebutuhannya melalui tahapan proses
keperawatan, (3) Sikap dan tingkah laku profesional yang dituntut dari seorang
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan kehidupan profesi
meliputi penumbuhan dan pembinaan kemampuan berfikir, bersikap dan
bertindak profesional melalui suatu lingkungan yang sarat dengan model peran
(role model), (4) Belajar aktif dan mandiri yang dapat dicapai selama
pembelajaran klinik antara lain dengan membuat laporan pendahuluan,
presentasi kasus dan seminar hasil dan kegiatan lainnya yang menuntut
mahasiswa untuk lebih mandiri dan (5) Pendidikan berada di masyarakat atau
pengalaman belajar yang dikembangkan di masyarakat (community based
learning) yang dapat menumbuhkan dan membina sikap dan keterampilan para
mahasiswa di masyarakat.
Untuk mencapai kompetensi di atas, maka kurikulum tahap Program Profesi
(Ners) disusun berdasarkan Kurikulum Nasional dengan Surat Keputusan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Nomor: 129/U/1999 tanggal 11 Juni tahun
1999 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Ners di Indonesia (KIPNI). Besar
beban studi kurikulum inti pada tahap program profesi (Ners) adalah minimal
20 sks (80% dari kurikulum lengkap program profesi Ners). Dengan komposisi
5 sks (25%) kelompok Keperawatan Medikal Bedah (KMB), 2 sks (10%)
Keperawatan Maternitas, 2 sks (10%) Keperawatan Anak, dan 2 sks (10%)
Keperawatan Jiwa yang ditempatkan di semester pertama. Sedangkan pada
semester kedua meliputi 2 sks (10%) Manajemen Keperawatan, 2 sks (10%)
Keperawatan Gerontik, 2 sks (10%) Keperawatan Gawat Darurat, 2 sks (10%)
Keperawatan Keluarga dan 3 sks (15%) Keperawatan Komunitas.
Setiap institusi pendidikan tinggi keperawatan hampir memiliki kurikulum yang
berbeda. Kurikulum dikembangkan sejalan dengan misi dan visi institusi. Di
dalamnya tergambar kompetensi-kompetensi yang harus dicapai peserta didik.
Melalui pendidikan profesi, diharapkan dapat mengembangkan keterampilan
tehnik, pemecahan masalah serta meningkatkan kemampuan intelektual dan
6
hubungan interpersonal untuk menghasilkan perawat profesional yang mampu
memberikan pelayanan keperawatan berdasarkan ilmu pengetahuan dan
teknologi keperawatan. Lulusannya juga diharapkan mampu menggunakan
metodologi keperawatan berlandaskan pada etika keperawatan. Agar
kompetensi ini dapat dicapai, mahasiswa wajib mendapatkan proses
pembelajaran secara berkelanjutan antara teori dan pengalaman belajar di
lahan praktek dalam suatu lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan
pembinaan kemampuan profesional.
Pembelajaran yang berkelanjutan dimulai dari tahap akademik yang berfokus
kepada penguasaan konsep-konsep dan teori-teori, dilanjutkan pada tahap
profesi untuk untuk menerapkan konsep-konsep dan teori-teori yang telah di
dapat dalam bentuk pelayanan langsung kepada pasien atau klien. Sehingga
lulusannya diharapkan dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai
perawat profesional, baik sebagai pemberi asuhan (caregiver), pembela klien
(client advocator), penilai kualitas asuhan (quality of evaluator), manajer
(manager), peneliti (researcher), pendidik (educator) maupun konsultan
(consultant) serta community leader. Untuk dapat menghasilkan lulusan
dengan kemampuan tersebut diperlukan proses pembelajaran di lahan praktek.
Pembelajaran di lahan praktik atau praktik klinik diharapkan tidak hanya
menjadi kesempatan untuk menerapkan teori yang dipelajari di kelas ke dalam
praktik profesional. Akan tetapi melalui praktik klinik mahasiswa diharapkan
lebih aktif dalam setiap tindakan sehingga akan menjadi orang yang cekatan
dalam menggunakan teori tindakan. Lebih jauh lagi, praktik profesional di
bidang pelayanan keperawatan mencakup banyak hal diantaranya keputusan
klinis yang berasal dari teori, hukum, pengetahuan, prinsip dan pemakaian
keterampilan khusus. Tidak kalah pentingnya adalah bagaimana perawat
menerima klien sebagai makhluk hidup yang unik dan mandiri dengan hak-hak
yang tidak dapat dipisahkan.
Pelaksanaan pembelajaran klinik terkait erat dengan peran pengajar pada
lingkungan klinis yang bertujuan untuk mendorong kemandirian dan
kepercayaan diri mahasiswa. Bukan mendukung berkembangnya
ketergantungan dan kepercayaan terhadap pengajar. Setelah melalui proses
pembelajaran diharapkan mahasiswa benar-benar mandiri sebab mereka akan
kembali ke masyarakat sebagai pengguna (user) jasa. Oleh karena itu
kemampuan mahasiswa selama pembelajaran di klinik sangat dipengaruhi oleh
kemampuan dan pengalaman instruktur klinik. Di beberapa negara bagian di
Australia dan di Amerika instruktur klinik dikenal dengan istilah perseptor.
Sehingga metode pembelajaran klinik yang dikembangkan dikenal dengan
istilah metode perseptorship .
7
Beberapa metode yang disarankan untuk perseptorship atau pembelajaran
klinik adalah tanya jawab, diskusi, demontrasi untuk tindakan atau prosedur
yang baru dan feed back atau balikan untuk tindakan yang telah dilakukan. Hal
ini penting sebagai evaluasi untuk mengoreksi setiap tindakan yang telah
dilakukan mahasiswa. Ada banyak metode pengajaran klinis, Reilly (2002)
membaginya menjadi tujuh, yaitu: (1) experiential : meliputi penugasan klinis,
tugas tertulis, simulasi dan permainan, (2) pemecahan masalah: meliputi situasi
pemecahan masalah, dan situasi pembuatan keputusan, (3) konferensi: biasanya
terdiri dari konferensi prapertemuan, pascapertemuan, dan jenis pertemuan
klinis lainnya serta pertemuan keperawatan multi disiplin, (4) observasi:
meliputi observasi di lingkungan klinis, kunjungan lapangan atau home visit ,
ronde keperawatan, dan peragaan, (5) multimedia: biasanya terkait dengan
keragaman media yang digunakan dalam penyampaian materi misalnya bentuk
visual seperti slide dan film strip, bentuk auditori seperti videotip dan dengan
menggunakan model atau objek lain untuk dimanipulasi, model cetakan
seperti: hand out, pamplet, buku ajar, buku kerja/buku panduan serta instruksi
terprogram, jenis media bukan cetakan seperti kaset/audiotif, komputer, film,
film loop, film streep, model, overhead trasparansi, fotografi, objek nyata,
slide, televisi, videotip, (6) self directed yaitu: seperti kontrak pembelajaran,
pembelajaran sendiri, dan (7) preceptorship dan model lain dari praktek klinik
terkonsentrasi. Preceptorship didasarkan pada konsep modeling peserta didik
dengan cara memodifikasi prilaku dan mengobservasi sendiri prilaku yang
dibutuhkan.
E. Karakteristik Pengajar Klinik
Menurut Watt (1990) pengajar klinik yang lebih dikenal sebagai instruktur
klinik atau clinical instructur (CI) atau digunakan juga istilah perseptor
biasanya berasal dari lahan praktik, tetapi bisa juga berasal dari institusi
apabila pembimbing dari lahan praktik tidak dapat memenuhi kriteria yang
disyaratkan. Sebagai perseptor, perawat bertanggung jawab terhadap semua
tindakan mahasiswa selama pembelajaran di lahan praktik. Perawat juga harus
membuat pembatasan kewenangan yang jelas dan spesifik tentang asuhan
keperawatan yang menjadi tanggung jawab mahasiswa dan tanggung jawabnya.
Kekaburan tugas ini bisa berdampak besar pada kondisi-kondisi tertentu yang
tidak diharapkan. Misalnya terjadi kesalahan dalam pemberian atau pelaksanaan
suatu tindakan yang dapat berakibat fatal bagi pasien dan dapat menyebabkan
kematian.
Agar pengajaran di klinik tetap efektif, seorang pengajar klinis sebaiknya
memiliki karakteristik di bawah ini. Pertama, pengajar klinik harus tetap
mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan klinis terbaru.
8
Menganalisa teori-teori, mengumpulkan dari berbagai sumber, dan
menekankan pemahaman konseptual diantara peserta didik. Membantu peserta
didik dalam menghubungkan teori yang melandasi praktik keperawatan. Mampu
menyampaikan atau mentransfer pengetahuan kepada peserta didik.
Memperlihatkan kompetensi klinis, keahlian, dalam keterampilan dan
pertimbangan klinis, dan sikap serta nilai-nilai yang dikembangkan oleh peserta
didik.
Kedua, pengajar klinik sebaiknya menguasai keterampilan dasar mengajar
sebagaimana layaknya seorang pengajar atau dosen. Katerampilan ini terkait
dengan kemampuan pengajar untuk bertanya, menjelaskan, memberi
penguatan, mengadakan variasi, mengelola kelas dan membimbing diskusi.
Semua keterampilan di atas akan tercermin dalam sikap pengajar saat
mendiagnosis kebutuhan pembelajaran, merencanakan instruksi, melakukan
supervisi pada peserta didik di dalam lingkungan klinis, dan melaksanakan
evaluasi pembelajaran. Kondisi lainnya tergambar dalam cara pengajar
menyampaikan informasi dalam susunan yang teratur, memberi penekanan pada
hal-hal yang penting, memberikan penjelasan dan pengarahan dengan jelas dan
singkat sehingga mudah dipahami, mengajukan pertanyaan yang dapat
memfasilitasi pembelajaran dan dapat meningkatkan kemadirian peserta didik
serta memberikan umpan balik langsung yang positif terhadap kemajuan
peserta didik.
Ketiga, pengajar klinik sebaiknya mempertahankan hubungan harmonis dengan
cara membentuk hubungan interpersonal dengan peserta didik, yang ditandai
dengan adanya kehangatan, rasa saling menghormati, prilaku penuh perhatian,
memberi perhatian, dan bersikap lebih terbuka. Hubungan yang kurang
harmonis antara keduanya dapat menyebabkan situasi dan kondisi pengajaran
yang tidak kondusif. Akhirnya tentu berdampak pada transfer ilmu yang tidak
optimal sehingga pencapaian kompetensi pun dapat terhambat. Hubungan ini
juga dapat dijalin dengan cara memberikan dukungan, dorongan, dan
mendengarkan dengan seksama serta menghargai hak peserta didik untuk
menolak, bertanya, dan mengekspresikan pendapat sendiri dan dapat menerima
perbedaan diantara peserta didik.
Terakhir, terkait dengan karakteristik personal yang harus dimiliki pengajar
klinis yaitu dinamis dan antusias, memiliki rasa humor, ramah, kooperatif,
sabar dan mau serta mampu mengakui kesalahan dan keterbatasan yang
dimilikinya. Pengajar klinik adalah seseorang yang menyukai praktek
keperawatan klinis dan mengajar di dalam lingkungan klinis sesuai dengan
keahliannya. Kemampuan pengajar klinik dalam melaksanakan pengajaran
sesuai dengan keahliannya, akan melahirkan rasa percaya diri pada saat
mengajar dan melaksanakan evaluasi pengajaran. Seorang pengajar klinik juga
9
perlu memperhatikan fleksibilitas, bertangung jawab terhadap keperawatan dan
pengajaran di lingkungan klinis.
Pembelajaran klinik bagi mahasiswa keperawatan di rumah sakit dilakukan
secara kolaborasi antara perseptor atau instruktur klinik yang berasal dari
institusi pendidikan dan perseptor yang berasal dari lahan praktik yang
diperbantukan untuk mengajar mahasiswa selama pembelajaran klinik.
Beberapa tanggung jawab perseptor klinis antara lain sebagai berikut: (1)
mengorientasikan mahasiswa yang praktik terkait dengan prosedur-prosedur
dan kebijakan di lahan praktik, (2) berperan menjadi seorang praktisi klinis,
guru sekaligus pementor, (3) melaksanakan supervisi terhadap mahasiswa
selama berada di lahan praktik, (4) memperbaiki kemampuan mahasiswa untuk
mendukung perencanaan dan tindakan keperawatan, (5) memberi masukan dan
membantu serta mendorong kemampuan mahasiswa untuk tujuan klinis, (6)
berkordinasi dengan institusi pendidikan untuk membahas masalah-masalah
yang muncul selama pengajaran klinik, (7) memberikan pendelegasian untuk
menjaga hal-hal tidak diharapkan saat perseptor tidak dapat mendampingi
mahasiswa selama pengajaran klinik, (8) mendokumentasikan perkembangan
mahasiswa selama pengajaran sebagai bahan untuk evaluasi, (9) memberikan
laporan tertulis pada institusi sebagai bahan evaluasi pada akhir pembelajaran
klinis.
Tugas perseptor atau instruktur klinik di setiap institusi pelayanan kesehatan
baik itu rumah sakit, klinik, maupun puskesmas jelas berbeda. Hal ini
disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai mahasiswa pada setiap
bagian. Kondisi lain yang berkontribusi terhadap peran instruktur klinik ini
adalah kebijakan dari rumah sakit atau pelayanan kesehatan yang bersangkutan
dan perbandingan atau rasio antara instruktur klinik dengan jumlah
mahasiswa/peserta didik yang harus mendapat bimbingan turut mempengaruhi
kualitas bimbingan yang diberikan.
F. Evaluasi Pembelajaran Klinik
Evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan
penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam
merancang suatu sistem pembelajaran (Hamalik, 2003). Masih menurut
Hamalik evaluasi belajar mengajar merupakan bagian integral dalam proses
pendidikan. Karena itu harus dilakukan oleh setiap pendidik sebagai bagian
dari tugasnya dalam merancang sistem pembelajaran. Setiap merancang sistem
pembelajaran, sebaiknya telah ditetapkan terlebih dahulu tujuan-tujuan yang
ingin dicapai yang akan dituangkan dalam rumusan rencana evaluasi. Evaluasi
10
atau penilaian tidak hanya dilakukan terhadap hasil belajar tetapi juga
dilakukan terhadap proses pengajaran itu sendiri.
Banyak keuntungan yang didapat apabila evaluasi telah direncanakan
sebelumnya dan dikelola dengan baik. Keuntungan-keuntungan itu antara lain:
memberikan kemudahan dalam mengkaji ulang model atau rancangan
pembelajaran yang telah disusun. Membantu dalam mengumpulkan informasi
tentang pemahaman peserta didik terhadap suatu materi dan memberikan
waktu yang cukup untuk merancang tes sehingga tes yang dilakukan tidak
terkesan asal-asalan.
Pengelolaan evaluasi pembelajaran klinik adalah pelaksanaan evaluasi terhadap
pembelajaran di klinik. Pembelajaran di klinik tidak sama dengan pembelajaran
di kelas atau pun di laboratorium. Mahasiswa yang melaksanakan praktik
biasanya terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil dengan jumlah 8-12
mahasiswa untuk setiap bagian. Masing-masing bagian melaksanakan praktik
klinik selama tiga sampai dengan empat minggu, tergantung kompetensi yang
harus dicapai mahasiswa dan bobot SKS yang harus ditempuh pada setiap
bagian. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran klinik ada kecenderungan
dilaksanakan pada minggu terakhir di setiap siklusnya.
Pengelolaan evaluasi pada setiap bagian bisa saja berbeda, akan tetapi prinsip,
syarat, alat dan model evaluasi sebaiknya dipahami instruktur klinik. Sehingga
evaluasi yang dilaksanakan benar-benar mampu menilai pembelajaran yang
telah dilaksanakan. Hasil evaluasi bukan merupakan suatu hal yang bersifat
subjektif atau keberuntungan. Baik buruknya hasil evaluasi akan menjadi
indikator suatu institusi, bahkan turut menentukan apakah suatu program masih
layak dipertahankan seandainya berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan
adalah kurang memuaskan. Oleh karena itu baik tidaknya pengeloaan evaluasi
ikut menentukan penguasaan mahasiswa terhadap kompetensi yang harus
dicapainya dan berdampak pada mutu suatu institusi.
Ringkasan
1. Pendidikan keperawatan terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap pendidikan
akademik dan pendidikan profesi.
2. Tahap akademik menekankan pada pengetahuan dan teori yang bersifat
deskriptif, sedangkan tahap profesional diarahkan pada tujuan praktis,
sehingga menghasilkan teori preskriptif dan deskriptif.
3. Tahap profesi hanya akan di dapat dilingkungan klinis karena lingkungan
klinis merupakan lingkungan multiguna yang dinamik sebagai tempat
pencapaian berbagai kompetensi praktik klinis seperti tercantum dalam
kurikulum profesional.
11
4. Praktek klinik merupakan “the heart of the total curriculum plan ” artinya
pembelajaran klinik merupakan unsur yang paling utama dalam pendidikan
keperawatan.
5. Agar pembelajaran di klinik tetap efektif, seorang pengajar klinis sebaiknya
memiliki karakteristik tertentu dan harus adanya pembatasan kewenangan
yang jelas dan spesifik tentang asuhan keperawatan yang menjadi tanggung
jawab mahasiswa dan tanggung jawabnya.
6. Sebelum melaksanakan pembelajaran klinik sebaiknya dibuat perencanaan
terlebih dahulu, kemudian dilaksanakan juga evaluasi terhadap proses yang
sudah dijalankan.
Evaluasi
1. Jelaskan tahap pendidikan dalam keperawatan?
2. Bedakan pendidikan pada tahap akademik dan profesi?
3. Jelaskan tahap perencanaan pembelajaran klinik?
4. Jelaskan tahap pelaksanaan pembelajaran klinik?
5. Jelaskan karakteristik pengajar klinik?
6. Jelaskan tahap evaluasi pembelajaran klinik?